16 Jan 2011

Lirik Back To December - Taylor Swift

I'm so glad you made time to see me
How's life, tell me how's your family
I haven't seen them in a while
You've been good, busier then ever
We small talk, work and the weather
Your guard is up and I know why

'Cause the last time you saw me

Is still burned in the back of your mind
You gave me roses and I left them there to die



So this is me swallowing my pride,

Standing in front of you saying I'm sorry for that night
And I'd go back to december all the time
It turns out freedom ain't nothing but missing you
Wishing that I'd realized what I had when you were mine
I'd go back to december, turn around and make it alright and
I go back to december all the time

These days I haven't been sleeping

Staying up playing back myself leaving
When your birthday passed and I didn't call
And I think about summer, all the beautiful times
I watched you laughing from the passenger side,
Realized I loved you in the fall
And then the cold came, the dark days when fear crept into my mind
You gave me all your love and all I gave you was goodbye

So this is me swallowing my pride,

Standing in front of you saying I'm sorry for that night
And I'd go back to december all the time
It turns out freedom ain't nothing but missing you
Wishing that I'd realized what I had when you were mine
I'd go back to december, turn around and change my own mind and
I go back to december all the time

I miss your tan skin, your sweet smile, so good to me, so right

And how you held me in your arms that September night,
The first time you ever saw me cry
Maybe this is wishful thinking
Probably mindless dreaming
If we loved again I swear I'd love you right

I'd go back in time and change it but I can't

So if the chain is on your door, I understand

But this is me swallowing my pride,

Standing in front of you saying I'm sorry for that night
And I'd go back to december
It turns out freedom ain't nothing but missing you
Wishing that I'd realized what I had when you were mine and
I go back to december, turn around and make it alright and
I go back to december, turn around and change my own mind and
I go back to december all the time
READ MORE - Lirik Back To December - Taylor Swift

Surat Untuk Firman

Kawan, kita sebaya. Hanya bulan yang membedakan usia. 
Kita tumbuh di tengah sebuah generasi dimana tawa bersama 
itu sangat langka. Kaki kita menapaki jalan panjang dengan langkah 
payah menyeret sejuta beban yang seringkali bukan urusan kita. 
Kita disibukkan dengan beragam masalah yang sialnya juga 
bukan urusan kita. Kita adalah anak-anak muda yang dipaksa 
tua oleh televisi yang tiada henti mengabarkan kebencian. 
Sementara adik-adik kita tidak tumbuh sebagaimana mestinya, 
narkoba politik uang membunuh nurani mereka. 
Orang tua, pendahulu kita dan mereka yang memegang tampuk 
kekuasaan adalah generasi gagal. Suatu generasi yang hidup dalam 
bayang-bayang rencana yang mereka khianati sendiri. 
Kawan, akankah kita berhenti lantas mengorbankan diri kita 
untuk menjadi seperti mereka?
Di negeri permai ini, cinta hanyalah kata-kata sementara benci 

menjadi kenyataan. Kita tidak pernah mencintai apapun yang kita lakukan, 
kita hanya ingin mendapatkan hasilnya dengan cepat. 
Kita tidak mensyukuri berkah yang kita dapatkan, 
kita hanya ingin menghabiskannya. Kita enggan berbagi kebahagiaan, 
sebab kemalangan orang lain adalah sumber utama kebahagiaan kita. 
Kawan, inilah kenyataan memilukan yang kita hadapi, 
karena kita hidup tanpa cinta maka bahagia bersama menjadi langka. 
Bayangkan adik-adik kita, lupakan mereka yang tua, 
bagaimana mereka bisa tumbuh dalam keadaan demikian. 
Kawan, cinta adalah persoalan kegemaran. Cinta juga masalah prinsip. 
Bila kau mencintai sesuatu maka kau tidak akan peduli dengan yang lainnya. 
Tidak kepada poster dan umbul-umbul, tidak kepada para kriminal yang 
suka mencuci muka apalagi kepada kuli kamera yang menimbulkan kolera. 
Cinta adalah kesungguhan yang tidak dibatasi oleh menang dan kalah.
Hari-hari belakangan ini keadaan tampak semakin tidak menentu. 

Keramaian puluhan ribu orang antre tidak mendapatkan tiket. 
Jutaan orang lantang bersuara demi sepakbola. 
Segelintir elit menyiapkan rencana jahat untuk menghancurkan 
kegembiraan rakyat. Kakimu, kawan, telah memberi makna solidaritas. 
Gocekanmu kawan, telah mengundang tarian massal tanpa saweran. 
Terobosanmu, kawan, menghidupkan harapan kepada adik-adik kita 
bahwa masa depan itu masih ada. Tendanganmu kawan, membuat 
orang-orang percaya bahwa kata “bisa” belum punah dari kehidupan kita. 
Tetapi inilah buruknya hidup di tengah bangsa yang frustasi, 
semua beban diletakkan ke pundakmu. Seragammu hendak digunakan 
untuk mencuci dosa politik. Kegembiraanmu hendak dipunahkan 
oleh iming-iming bonus dan hadiah. Di Bukit Jalil kemarin, 
ada yang mengatakan kau terkapar, tetapi aku percaya 
kau tengah belajar. Di Senayan esok, mereka bilang kau akan membalas, 
tetapi aku berharap kau cukup bermain dengan gembira.
Firman Utina, kapten tim nasional sepak bola Indonesia, 

bermain bola lah dan tidak usah memikirkan apa-apa lagi. 
Sepak bola tidak ada urusannya dengan garuda di dadamu, 
sebab simbol hanya akan menggerus kegembiraan. 
Sepak bola tidak urusannya dengan harga diri bangsa, 
sebab harga diri tumbuh dari sikap dan bukan harapan. 
Di lapangan kau tidak mewakili siapa-siapa, 
kau memperjuangkan kegembiraanmu sendiri. 
Di pinggir lapangan, kau tidak perlu menoleh siapa-siapa, 
kecuali Tuan Riedl yang percaya sepak bola bukan dagangan para pecundang. 
Berlarilah Firman, Okto, Ridwan dan Arif, seolah-olah 
kalian adalah kanak-kanak yang tidak mengerti urusan orang dewasa. 
Berjibakulah Maman, Hamzah, Zulkifli dan Nasuha seolah-olah 
kalian mempertahankan kegembiraan yang hendak direnggut lawan. 
Tenanglah Markus, gawang bukan semata-mata persoalan kebobolan 
tetapi masalah kegembiraan membuyarkan impian lawan. 
Gonzales dan Irvan, bersikaplah layaknya orang asing yang 
memberikan contoh kepada bangsa yang miskin teladan.
Kawan, aku berbicara tidak mewakili siapa-siapa. 

Ini hanyalah surat dari seorang pengolah kata kepada 
seorang penggocek bola. 
Sejujurnya, kami tidak mengharapkan Piala darimu. 
Kami hanya menginginkan kegembiraan bersama dimana 
tawa seorang tukang becak sama bahagianya 
dengan tawa seorang pemimpin Negara. 
Tidak, kami tidak butuh piala, bermainlah 
dengan gembira sebagaimana biasanya. 
Biarkan bola mengalir, menarilah kawan, 
urusan gol seringkali masalah keberuntungan. 
Esok di Senayan, kabarkan kepada seluruh bangsa bahwa 
kebahagiaan bukan urusan menang dan kalah. 
Tetapi kebahagiaan bersumber pada cinta dan solidaritas. 
Berjuanglah layaknya seorang laki-laki, kawan. 
Adik-adik kita akan menjadikan kalian teladan!

-E.S  Ito
READ MORE - Surat Untuk Firman